Prabu Sri Batara Kresna dalam Mahabharata disebut Krisnha, sedangkan dalam Pedalangan wayang kulit Jawa menyebutnya Sri Kresna. Ia adalah putra Prabu Basudewa raja Mandura dengan permaisuri Dewi Dewani. Dalam bahasa Jawa Kresna artinya hitam, maka tak mengherankan dalam perwujudan wayang kulit ia berwarna hitam atau cemani.
Prabu Kresna menjadi raja di negara Dwarawati didampingi oleh patih Udawa. Sri Kresa termashur dengan nama mudanya yaitu Raden Narayana (lihat Raden Narayana murid kesayangan Resi Padmanaba).
Prabu Kresna merupakan titisan Batara Wisnu. Sanghyang Wisnu membelah diri menjadi dua dan yang satunya menjelma kepada Arjuna, maka Kresna dan Arjuna sering diibaratkan laksana daun sirih, walau berbeda atas dan bawahnya tetapi jika dikunyah rasanya sama.
Nama lain Prabu Kresna yaitu Padmanaba, Kesawa, Wisnumurti, Harimurti, Narayana, Nayarana, Danawardana, Danardana. Ia memiliki tiga saudara tetapi lain ibu, yaitu Udawa, Prabu Baladewa dan Wara Subadra.
Setelah membinasakan Prabu Yudakalakresna, Kresna menduduki kerajaannya dan menjadi raja Dwarawati.
Sri Kresna juga membinasakan adik sepupu Prabu Yudakalakresna, yaitu raja Dwaraka bernama Prabu Narasinga. Sejak itu negara Dwarawati digabung menjadi satu dengan Dwaraka. Ia menjadi raja Dwarawati didampingi tiga orang permaisuri, yaitu sebagai berikut:
1. Dewi Jembawati, putri Begawan Jembawan dengan Dewi Trijata. Dari perkawinan ini, Prabu Kresna menurunkan dua erang putra yaitu Raden Samba yang berwajah tampan dan Raden Gunadewa berwujud kera dan mengikuti kakeknya di Gadamadana.
2. Dewi Rukmini, putri Prabu Bismaka raja Kumbina dengan permaisuri Dewi Kumbini. Perkawinan ini menurunkan Saranadewa yang berwujud raksasa dan Raden Partadewa berkedudukan di kasatriyan Dadapeksi.
3. Dewi Setyoboma, putri Prabu Setyajid raja Lesanpura dengan permaisuri Dewi Wresini. Dari perkawinan ini, Sri Kresna menurunkan seorang putra bernama Raden Setyaka, berkedudukan di kasatriyan Tambakwungkal.
Prabu Kresna juga mengambil alih hak beristri dengan Batari Pretiwi, karena ia merupakan titisan Batara Wisnu, suami Batari Pretiwi. Putra Batari Pretiwi dari Batara Wisnu yaitu Raden Sitija (Suteja) dan Siti Sendari kemudian diambil alih menjadi putra Prabu Kresna.
Sri Kresna banyak memiliki banyak pusaka dan kesaktian yang ampuh, yang terkenal adalah sebagai berikut:
1. Senjata Cakra Baswara, panah sakti dengan bergerigi delapan.
2. Bunga/Kembang Wijayakusuma yang digunakan untuk menghidupkan orang mati diluar takdir.
3. Sangkakala atau terompet dari kulit siput laut bernama Pancajanya.
4. Kaca Paesan untuk melihat kejadian yang sedang maupun akan terjadi.
5. Aji Naragopa berujud panah rambut Kesawa, berguna untuk merubah dirinya menjadj raksasa. .
6. Aji Pameling, untuk memanggil seseorang dari jarak jauh.
7. Aji Kawrastawan digunakan untuk beralih rupa sesuai yang dikehendaki.
8. Aji Pengabaran digunakan untuk melumpuhkan musuh yang bandel.
Baca juga: Prabu Baladewa Raja yang keras, disiplin, dan pantang mendapat tantangan
Didalam pakeliran yang mengambil lakon seputar sengketa Kurawa dan Pandawa, Sri Kresna selalu berperan di dalam alur cerita tersebut. Ia dapat menyelesaikan permasalahan yang sangat rumit sekalipun dengan penuh kebijakan yang arif.
Saat perang Bharatayuda berlangsung, Sri Kresna mempunyai peranan yang sangat penting, dan atas segala upaya, siasat atau strategi yang diaturnya, Pandawa memperoleh kemenangan yang gemilang.
Dalam lakon Bomakanya, Sri Kresna atas seijin Batara Wisnu terpaksa membunuh Sitija putranya sendiri, karena sikap putranya yang menimbulkan keonaran dan kebiadaban di Arcapada.
Dalam Serat Mosala Parwa mengisahkan bahwa akhir riwayat Sri Kresna yang meninggal oleh darah Yadawa bernama Raden Jara. Sri Kresna kemudian muksa ke alam nirwana.