Parikesit adalah putra Abimanyu dengan Dewi Utari, putri Prabu Matswa Pati raja negara Wirata. Ia lahir setelah perang Bharatayuda, sehingga Parikesit menjadi anak yatim karena Abimanyu telah gugur di medan perang dalam lakon “Ranjaban” Bharatayuda babak ke IV.
Kemenangan Pandawa didalam Bharatayuda, maka negara Amarta kembali menjadi hutan Kandawa (Wanamarta), sehingga Pandawa menempati istana negara Astina.

Baca juga: Tugu Wasesa Werkudara yang menyamar menjadi raja di Giling Wesi
Prabu Puntadewa diangkat menjadi raja Astina bergelar Prabu Karimatajaya. Arjuna menempati kasatriyan Banakeling bekas tempat tinggal Tirtanata.
Arya Werkudara menempati kasatriyan Banjarjunut bekas tempat tinggal Dursasana. Nakula dan Sadewa menjadi raja kembar di negara Mandaraka.
Dewi Utari melahirkan Parikesit di istana Astina, yang pada malam harinya datanglah Aswatama melewati terowongan yang dibuatnya sendiri kemudian berhasil membunuh Srikandi, Wara Subadra, Pancawala, Drestajumena dan Banowati.
Namun, Aswatama akhirnya juga tewas ketika ia hendak membunuh bayi Parikesit, karena bayi itu terkejut dan menangis sambil meronta. Kaki Parikesit menyodok keris Pulanggeni, dan sebuah keajaiban terjadi karena keris yang tersentuh kaki bayi Parikesit melayang menghujam dada Aswatama.
Seketika itu juga Aswatama hendak lari namun jatuh tersungkur karena tidak kuat menahan kesaktian keris Pulanggeni. Aswatamapun tewas.
Setelah Parikesit dewasa, Pandawa mengangkat putra Abimanyu itu menjadi raja di negara Astina bergelar Prabu Paripurna atau Prabu Dwipayana. Paripurna artinya selesai.
Nama Astina kemudian diganti menjadi Yawastina. Sebagai patih kerajaan, Parikesit menunjuk Raden Dwara putra Samba dan Raden Danurwenda putra Antareja.
Para sentana, kerabat dan saudara yang mendukung keberhasilan Prabu Paripurna memerintah negara Yawastina antara lain Sasikirana putra Arya Gatutkaca, Arya Gajahpermada putra Udawa, Arya Sangasanga putra Setyaki, Prabu Baladewa yang telah menjadi brahmana bergelar Resi Curiganata, Dewi Sri Tanjung putri Nakula, Raden Sidapaksa putra Sadewa dan lain-lain.
Sesudah negara Yawastina tenteram di bawah pemerintahan Parikesit, Pandawa kemudian mencari jalan muksa. Peristiwa ini tercatat didalam Maha Prastanika Parwa.
Setelah kepergian Pandawa, Sri Kresna, dan Prabu Baladewa, Begawan Anoman diundang ke Yawastina menjadi sesepuh sekaligus penasehat spiritual raja menggantikan kedudukan Resi Curiganata.
Pada masa pemerintahan Prabu Parikesit inilah mulai tergalang persatuan tanpa membedakan trah Pandawa maupun trah Kurawa. Mereka bersatu padu di bawah naungan pemerintahan Prabu Parikesit di negara Astina yang baru dengan nama Yawastina.
Prabu Parikesit di dalam memerintah negara Yawastina didampingi lima orang permaisuri yaitu :
- Dewi Puyangan yang kemudian berputera Raden Ramayana dan Raden Pramasata.
- Dewi Gentang yang menurunkan seorang putri bernama Dewi Tomihoyi.
- Dewi Satapi kemudian berputera Raden Yudayana dan Dewi Prawasti.
- Dewi Impun berputera Dewi Niyedi.
- Dewi Dangan yang kemudian menurunkan dua orang putra bernama Raden Ramaprawa dan Raden Warabasanta.
Baca juga: Brajadenta Brajamusti dua bersaudara yang tewas Sampyuh
Setelah Prabu Parikesit berusia lanjut, yang menggantikan tahta Yawastina adalah putra dari Dewi Satapi yaitu Raden Yudayana sebagai penerus dinasti Yawastina.