Kuda Uceswara atau Ucesrawas adalah kuda berbulu putih yang keluar dari samudera susu ketika para dewa mengebor lautan susu di Ksirarnawa.
Pengeboran itu, Batara Wisnu menjadi dasarannya dengan merubah bentuk menjadi kura-kura. Tindihnya berupa gunung Mandara, talinya Batara Basuki dan tenaganya Kala Rau dan Kala Pracinti.
Dari dalam lautan susu itu keluarlah rembulan diiringi Dewi Laksmi, minuman anggur, seekor kuda putih Uceswara, Manik kestuba, bokar tirta amerta, gajah Erawana dan Bisa Calakuta.
Baca juga: Kereta Kencana kendaraan untuk para pejabat tinggi
Lakon Aruna-Aruni diceritakan bahwa Dewi Kadru dan Dewi Winata istri Batara Kasyapa, keduanya memiliki dua butir telur yang ditetaskan pada ayam betina yang kebetulan sedang mengerami telurnya.
Telur milik Dewj Kadru telah menetas berupa beribu-ribu ular kecil dan ular naga. Sedangkan telur Dewi Winata belum menetas.
Terdorong ingin segera melihat apa yang terjadi, Dewi Winata kemudian memecah sebutir telur miliknya, dan dari dalam telur itu keluar seekor burung yang kemudian dinamakan Garuda Aruna atau Kaga Ngruna.
Suatu hati Dewi Kadru dan Dewi Winata melihat seekor kuda putih bernama Uceswara. Dewi Kadru mengatakan bahwa bulu kuda Uceswara tidak putih mulus, tetapi Dewi Winata mengatakan putih mulus.
Dewi Kadru kemudian memerintah anak-anaknya yang berwujud ular kecil agar merayap pada ekor Kuda Uceswara, sehingga ekor kuda tadi nampak ada garis-garis hitam yang sebenarnya ular-ular anak Dewi Kadru. Karena Dewi Winata kalah, ia menjadi budaknya Dewi Kadru.
Syahdan, telur Devi Winata yang sebutir lagi menetas secara wajar berwujud garuda dinamakan Aruni atau Kaga Ngruni. Setelah dewasa, garuda Aruni membebaskan ibunya yaitu Dewi Winata dan tidak lagi menjadi budaknya Dewi Kadru.
Baca juga: Rampogan, gambaran barisan prajurit dalam wayang kulit
Garuda Aruni kemudian dinamakan Brihawan oleh Sanghyang Wisnu yang dikelak kemudian hari Brihawan ini menurunkan rajanya garuda termasuk Jatayu, Sempati dan sebagainya.