Gajah Puspadenta adalah gajah keturunan gajah Herawana kendaraan Batara Indra yang konon keluar dari samodra susu ketika para dewa mengebornya dengan maksud mengambil Tirta Amerta. Gajah Puspadenta kemudian oleh Sanghyang Indra dihadiahkan kepada Prabu Baladewa, raja di negara Mandura.
Pada waktu itu kahyangan Suralaya digempur oleh raja raksasa dari negara Renggabumi bernama Prabu Nagaprasanta.
Raja raksasa itu dapat merubah wujudnya menjadi ular naga yang besar. Ia meminta Dewi Supraba sekaligus menginginkan menjadi raja Tribuwana. Prabu Nagaprasanta dibantu oleh patihnya yang berupa gajah kelabu bernama Yudaketi.
Baca juga: Garuda Jatayu gugur sebagai pembela kebenaran
Prabu Baladewa yang ketika itu masih bernama Wasi Jaladara menjadi senopati jagonya dewa. Ia mengendarai gajah Puspadenta dengan membawa senjata Alugara pemberian Batara Brahma.
Sedangkan Prabu Nagaprasanta mengendarai gajah Yudaketi berhadapan dengan Jaladara. Perang tanding keduanya sangat seru dan hingga sehari penuh belum ada yang kalah dan belum ada yang menang.
Karena masing-masing ingin segera mengakhiri peperangan, Wasi Jaladara segera memanfaatkan senjata Alugara untuk membunuh Prabu Nagaprasanta.
Akhirnya raja Renggabumi itu dapat dibinasakan dan setelah mati, Prabu Nagaprasanta berubah menjadi senjata Nenggala. Oleh Sanghyang Brahma, senjata Nenggala itu juga dihadiahkan kepada Wasi Jaladara.
Gajah Yudaketi yang tinggal sendirian berusaha mengamuk, namun ia segera dipukul dengan senjata Nenggala kejadian dari rajanya sendiri, seketika itu juga Yudaketi roboh dan mengaku kalah.
Akhirnya Yudaketi dan gajah Puspadenta menjadi milik Wasi Jaladara. Atas keberhasilannya itu, Jaladara diangkat menjadi jagonya dewa atau balanya dewa. Dan ketika menjadi raja di Mandura, Jaladara atau Kakrasana bergelar Prabu Baladewa.