Begawan Ciptaning atau Resi Mintaraga adalah nama Arjuna ketika menjadi pertapa di Witaraga lereng gunung Indrakila.
Bersamaan waktunya, kahyangan Suralaya sedang digempur oleh raja raksasa dari negara Himahimantaka Prabu Niwatakawaca.
Baca juga: Boma Narakasura Raja yang tewas ditangan ayahnya sendiri
Sanghyang Manikmaya telah mengutus beberapa dewa untuk membangunkan Arjuna di goa Witaraga, namun usaha itu gagal. Para bidadari juga mencoba dengan beralih rupa menjadi istri Arjuna di Arcapada, namun usaha itupun tidak membawa hasil.
Sekali lagi Batara Indra dan Batara Brahma ditugaskan membangunkan Arjuna yang sekaligus disuruh menganugerahkan panah Pasopati kepada putra Kunti itu agar digunakan untuk memusnahkan Prabu Niwatakawaca.
Batara Brahma dan Batara Indra kemudian merubah diri menjadi raja bernama Prabu Kilarawarna dan Prabu Kilatarupa.
Keduanya menemui Prabu Niwatakawaca dan meninggalkan pesan, ia akan terlaksana kawin dengan Batari Supraba jika sudah direstui oleh pendeta sakti bernama Begawan Ciptaning di gunung Indrakila.
Prabu Niwatakawaca kemudian mengutus Ditya Mamangmurka agar menemui Begawan Ciptaning untuk memohon restunya.
Ditya Mamangmurka lalu berangkat ke gunung Indrakila, karena tidak dapat menemukan tempat pertapaan Resi Mintaraga, raksasa kepercayaan Niwatakawaca itu marah dan merusak tanaman di gunung Indrakila.
Karena kesaktian Begawan Ciptaning, Ditya Mamangmurka disabda menjadi seekor babi hutan lalu dipanah oleh Begawan Ciptaning. Tetapi panah yang menancap pada tubuh babi hutan itu ternyata berjumlah dua buah, dan yang satunya milik Prabu Kilatawarna yang sedang berburu binatang di lereng gunung Indrakila tersebut.
Terjadilah perebutan antara keduanya, sehingga peperanganpun tak dapat dihindari. Prabu Kilatawarna dan Kilatarupa akhirnya kembali menjadi jati dirinya semula yaitu Batara Indra dan Batara Brahma yang kemudian menganugerahkan panah Pasopati kepada Arjuna. Selanjutnya Arjuna diboyong ke kahyangan dihadapkan kepada Prabu Niwatakawaca.
Arjuna menyusun siasat untuk dapat menguak tabir kesaktian raja Manimantaka (Himahimantaka) prabu Niwatakawaca yang tergolong sakti tersebut.
Ia merubah bentuk menjadi Batari Supraba kemudian menemui Prabu Niwatakawaca. Dengan kecerdikan dan tipudaya itulah akhirnya tersingkap rahasia kesaktian Prabu Niwatakawaca.
Raja raksasa itu tanpa menaruh curiga segera menceritakan rahasia kesaktiannya kepada Batari Supraba kejadian dari Arjuna. Rahasia hidup dan mati Niwatakawaca terdapat pada langit-langit mulutnya berupa Noktah atau rajah bertuliskan mantra Aji Gineng Sokaweda.
Setelah mengetahui rahasia kematian Niwatakawaca, Batari Supraba kemudian mohon diri hendak ke kamar mardi. Ternyata bidadari jadi-jadian itu kembali menjadi Arjuna yang siap dengan panah Pasopati di tangan.
Ia menantang Prabu Niwatakaca dan berpura-pura meminta kembalinya Batari Supraba. Panah Pasopati menembus langit-langit mulut bertuliskan rajah Aji Gineng Sokaweda, seketika itu juga Prabu Niwatakawaca roboh menemui ajalnya.
Atas keberhasilannya membunuh Prabu Niwatakawaca, Arjuna juga berhasil membaca rajah Aji Gineng Sokaweda, sehingga aji yang dapat digunakan untuk mengetahui pembicaraan binatang, menambah kewibawaan dan kesaktian itu dapat diserap oleh Arjuna.
Baca juga: Raden Samba Ksatriya yang tewas karena wanita
Sanghyang Manikmaya kemudian mengangkat Arjuna menjadi raja bagi segenap bidadari di Tinjomaya bergelar Prabu Kiritin.