Mengenal Semar yang tidak pernah Anda duga sebelumnya

semar

Kyai Semar dalam pedalangan juga sering disebut Badranaya, Dudamanangmunung, Janggan Smarasanta, Dyah Juruispunta, Ismaya, Nayantaka, Bogasampir. Ia menjadi pamong trah keturunan witaradya.

Nama Semar atau Janggan Smarasanta tidak terdapat di dalam kitab Mahabharata, sedangkan pengasuh trah witaradya di dalam Mahabharata tertulis Resi Domya, ia seorang diri dan tidak ada kaitannya dengan Semar. Hal ini menjelaskan bahwa Smara/Semar tersebut adalah gubahan cerita Jawa Asli.

Bacaan Lainnya
semar

Baca juga: Parikesit Raja terakhir Astina yang membawa kemuliaan

Menurut sarasilah Parisawuli, Janggan Smarasanta adalah putra Sanghyang Wungkuam, sulung Sanghyang Ismaya dengan Batari Senggani.

Ia menjadi manusia setengah dewa atau Bogasampir, karena Batara Ismaya tidak menetap di dalam tubuh Semar sebagaimana Sanghyang Wisnu yang menetap pada Sri Kresna.

Sanghyang Ismaya tetap berada di kahyangan Sonyaruri, dan dalam keadaan tertentu jika di Arcapada terjadi sesuatu yang harus melibatkan dirinya, secara otomatis Batara Ismaya telah menyatu dengan Smarasanta.

Kata Janggan menurut pujangga Ranggawarsita berarti penulis atau pengarang. Di dalam lakon Saptaarga, Semar kemudian kawin dengan Dewi Kanistri (Kanastren), putri Batara Hira, keturunan Sanghyang Caturwarna putra Sanghyang Caturkanwaka.

Peristiwanya diawali ketika Semar dikejar oleh dua ekor harimau betina sehingga ia berlari minta perlindungan Resi Kamunayasa di pertapaan Parewana. Harimau betina tersebut kemudian dipanah oleh Resi Kamunayasa dan berubahlah menjadi bidadari Dewi Kanastri dan Dewi Kaniraras.

Dewi Kanastri kemudian kawin dengan Smarasanta, Dewi Kaniraras kawin dengan Resi Kamunayasa yang selanjutnya menurunkan Bambang Kalingga.

Setelah perkawinan itu, Semar ditemui Sanghyang Ismaya dan ditugasi menjadi pamong trah keturunan Witaradya.

Sebenarnya oleh Sanghyang Wenang, tugas itu diemban oleh Batara Ismaya, tetapi karena keturunannya sangat cocok untuk mewakilinya, akhirnya Batara Ismaya menunjuk Semar.

Saat itu Semar bersedia karena suatu ketika Batara Ismaya tetap akan menjelma kepada dirinya. Selanjutnya Semar meminta kawan dan oleh Sanghyang Ismaya disanggupi. Bayang-bayang Semar disabda jadilah manusia yang dinamakan Bagong.

Semar mulai mengasuh/menjadi pamong bagi keturunan Kamunayasa. Ia berkedudukan di kabuyutan Karangkadempel atau Klampis ireng.

Baca juga: Tugu Wasesa Werkudara yang menyamar menjadi raja di Giling Wesi

Bentuk Wanda wayang Semar Brebes, Miling, Dumuk yang menggambarkan pribadi Semar sang pamomong, bicaranya mengandung fatwa nasehat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *