Prabu Basudewa dan kisah asmaranya yang rumit

Prabu Basudewa

Prabu Basudewa adalah putra Prabu Basukunti raja Mandura dengan permaisuri Dewi Bandondari. Negara Mandura pertama kali diperintah oleh Prabu Yadawa atau Prabu Yadu, kemudian diturunkan kepada putranya Prabu Kunta.

Prabu Kunta mempunyai dua orang putra yaitu Prabu Wasukunteya raja Mandura dan Prabu Kunti raja Bojanapura atau biasa disebut negara Boja. Prabu Wasukunteya menurunkan dua orang putra yaitu Prabu Kuntiboja menjadi raja di Boja dan Prabu Basukunti menjadi raja di Mandura.

Bacaan Lainnya
Prabu Basudewa

Keturunan Prabu Kuntiboja yaitu Supalakni yang merasa iri hati terhadap kemajuan Mandura, kemudian bersekutu dengan raja Surateleng Prabu Boma Narakasura dan menyerang Mandura.

Baca juga: Drestajumena ksatriya yang tercipta dari api pemujaan

Putra Supalakni yakni Arya Supala dan Arya Supali yang semula mengikuti raja Surateleng, karena keberadaannya telah diketahui oleh Narayana, maka kedua putra kembar itu memisahkan diri sebelum kemudian kerajaan Surateleng digempur oleh Raden Suteja putra Sri Kresna.

Prabu Basudewa mempunyai saudara kandung yaitu Dewi Kunti yang menjadi istri Prabu Pandu dan menurunkan Pandawa. Arya Prabu Rukma, menjadi raja Kumbina bergelar Prabu Bismaka dan Arya Ugrasena, menjadi raja di negara Lesanpura bergelar Prabu Setyajid.

Permaisuri Prabu Basudewa ada empat orang yaitu Dewi Maherah yang kemudian berselingkuh dengan raja Guwagra Prabu Gorawangsa yang saat itu merubah diri menjadi Prabu Basudewa.

Karena ketahuan, akhirnya Dewi Maherah disingkirkan ke hutan sedangkan Prabu Gorawangsa dibinasakan oleh Prabu Pandu.

Dewi Maherah kemudian melahirkan putra bernama Basuwarakangsa atau Arya Jaka Maruta, menjadi raja di negara Sengkapura (nama Guwagra setelah Gorawangsa tewas).

Permaisuri kedua yaitu Dewi Dewani atau Dewi Mahendra, putri Prabu Candrapadma raja negeri Widarba, kemudian menurunkan Raden Narayana.

Permaisuri ketiga bernama Dewi Rohini, putri Resi Kawita di padepokan Mahendragiri, kemudian menurunkan Kakrasana.

Permaisuri keempat yaitu Dewi Badrahini, adik Dewi Rohini yang kemudian menurunkan Wara Subadra.

Sebelum menikah, Prabu Basudewa berselingkuh dengan adiknya patih Saragupita yaitu Niken Sagopi yang kemudian menurunkan seorang putra bernama Raden Udawa.

Selanjutnya Niken Sagopi menjadi istri simpanan Prabu Bismaka sehingga menurunkan Larasati, dan terakhir berselingkuh dengan Prabu Setyajid dan berputera Raden Adimenggala, menjadi patih di negara Awangga atau Ngawangga.

Niken Sagopi kemudian diterimakan kepada Demang Antyagopa yang menerima bumi perdikan di wilayah Widarakandang.

Pada waktu Basuwarakangsa dewasa, ia menghadap Prabu Basudewa di istana Mandura dan meminta agar raja Mandura mengakui Kangsa sebagai putranya. Karena kesaktian Kangsa yang tak mungkin dapat dikalahkan oleh pasukan Mandura, Prabu Basudewa terpaksa harus mau mengakui raja Sengkapura tersebut sebagai putranya.

Setelah diterima dan diakui sebagai putranya, Basuwarakangsa mengajak Prabu Basudewa untuk mengadakan permainan adu jago, tetapi jago yang dimaksud Kangsa bukan jago ayam jantan aduan melainkan jago manusia. Ini dikisahkan dalam lakon “Kangsa Adu Jago”.

Kangsa mengajukan Patih Suratimantra sebagai jagonya yang kemudian dikenal jago kanoman. Prabu Basudewa menunjuk Bratasena sebagai jago kasepuhan.

Permainan adu jago tadi tidak sekedar mengisi waktu senggang sebagai hiburan, tetapi menyangkut politik negara, karena Basuwarakangsa menghendaki taruhan negara.

Apabila jagonya kalah, ia bersedia menyerahkan negara Sengkapura, tetapi jika jago kasepuhan yang kalah, Prabu Basudewa harus pergi dari istana Mandura.

Akhirnya Suratimantra yang dijagokan Basuwarakangsa tewas oleh tangan Bratasena, maka sorak pun meledak dan banyak rakyat Mandura yang mengelu-elukan Bratasena.

Sebaliknya Basuwarakangsa menjadi marah dan menganggap kematian Suratimantra tidak syah. Ia kemudian tampil menjadi jago dan menantang Bratasena.

Namun setelah ia melihat Kakrasana dan Narayana, kedua putra Basudewa itu ditangkap dan hendak dibunuh.

Kakrasana dan Narayana berhasil dijepit dengan kedua lengan Kangsa yang kekar berotot, sehingga keduanya hampir saja mati kehabisan nafas.

Kakrasana kemudian mengambil pusaka Nenggala pemberian Batara Brahma yang terselip di pinggang. Narayana juga mengambil senjata cakra baskara pemberian Resi Padmanaba, gurunya.

Dengan dua pusaka sakti milik Kakrasana dan Narayana tadi, akhirnya Basuwarakangsa dapat dibinasakan.

Baca juga: Gandamana seorang patih sakti yang difitnah Sengkuni

Raden Kakrasana kemudian diwisuda menjadi raja Mandura menggantikan tahta ayahnya dengan gelar Prabu Baladewa. Prabu Basudewa meninggal dalam usia lanjut dan dimakamkan di astana Gadamadana, makam keluarga raja-raja Mandura.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *