Drestajumena ksatriya yang tercipta dari api pemujaan

Raden Drestajumena

Raden Drestajumena adalah putra Prabu Drupada yang keluar dari api pemujaan. Ia telah membawa panah beserta gendewanya ketika dari dalam api pemujaan bersama asap yang mengepul. Peristiwa tersebut terjadi ketika Prabu Drupada bersedih akibat serangan Druna yang kemudian merampas wilayah Sokalima.

Resi Druna memang teramat sakti sehingga bagi Prabu Drupada raja Pancala ini tak mungkin dapat mengalahkan kesaktiannya. Suatu hari Prabu Drupada memohon kepada dewa agar dianugerahi seorang putra yang dapat membalaskan sakit hatinya.

Bacaan Lainnya
Raden Drestajumena

Maka dari api pemujaan itu keluarlah remaja tampan yang kemudian diberi nama Raden Drestajumena. Putra itu dianggap yang bungsu, adik Drupadi dan Wara Srikandi.

Baca juga: Gandamana seorang patih sakti yang difitnah Sengkuni

Raden Drestajumena kemudian kawin dengan Dewi Suwariri, putri Prabu Hiranyawarma raja negara Dasarna. Dari perkawinan tersebut lahirlah dua orang putra yaitu Raden Drestaka dan Raden Drestara.

Didalam perang Bharatayuda, Drestajumena diangkat menjadi senopati Pandawa. Ia akhirnya berhasil membinasakan Druna setelah tubuhnya disusupi oleh Bambang Ekalaya, murid Resi Druna yang dibunuh Druna sendiri didalam lakon Palguna-Palgunadi.

Kisah Bambang Ekalaya sendiri dapat diceritakan sebagai berikut:

Bambang Ekalaya atau Prabu Palgunadi, adalah raja negara Paranggelung. Ia mempunyai seorang permaisuri yang setia bernama Dewi Anggrahini.

Suatu hari Palgunadi mendengar berita bahwa Resi Druna menjadi guru memanah, maka pergilah Bambang Ekalaya menghadap Resi Druna untuk berguru, tetapi Begawan Druna tidak mau menerimanya sebagai siswa.

Bambang Ekalaya tak patah arang, ia bersama Anggrahini istrinya kemudian masuk hutan dan membuat patung Resi Druna. Sambil berlatih memanah, Ekalaya selalu memohon kepada patung Druna yang dibuatnya sendiri.

Akhirnya Bambang Ekalaya menjadi pemanah yang ulung. Pada suatu ketika Arjuna yang juga bernama Palguna berburu ke hutan diikuti seekor anjing piaraannya tadi. Ketika anjing itu mencium tempat tinggal Bambang Ekalaya, si anjing menyalak tak henti-hentinya sehingga Bambang Ekalaya menjadi risi dibuatnya.

Raja Paranggelung itu membidikkan panahnya ke arah suara anjing di dalam semak belukar. Begitu mahirnya Ekalaya dalam hal memanah, meskipun tidak melihat wujud yang dipanah tetapi ia mampu melepaskan panahnya tepat mengenai sasaran.

Arjuna sangat terkejut setelah tiba-tiba anjingnya mati dengan mulut tertancap panah sebanyak tujuh buah yang dilepaskan hanya sekali oleh Bambang Ekalaya. Arjuna kagum melihat ketepatan bidikan itu, ia kemudian bertemu dengan Bambang Ekalaya.

Arjuna menyadari bahwa dirinya kalah mahir, dan ketika ia melihat patung Druna yang ditunjukkan oleh Prabu Palgunadi itu, hati Arjuna menjadi sakit dan menuduh Druna gurunya telah merestui Bambang Ekalaya.

Arjuna segera kembali dan menemui Resi Druna untuk mengajukan tuntutan, karena Druna bertindak pilih kasih dalam menumpahkan ilmunya kepada para murid, terbukti kepandaian Arjuna dapat diungguli oleh Bambang Ekalaya.

Resi Drunapun terkejut, karena ia merasa tak pernah memberikan ilmunya kepada Prabu Palgunadi. Untuk meredam masalah, Resi Druna menemui Bambang Ekalaya yang diikuti oleh Arjuna.

Melihat kedatangan Resi Druna yang dianggap gurunya, Bambang Ekalaya segera menghaturkan sembah dan mengucapkan terima kasih atas semua restu yang diberikan Resi Druna kepadanya. Arjuna menjadi yakin melihat pertemuan itu.

Akhirnya Druna bersedia mengakui Ekalaya sebagai muridnya, tetapi syaratnya Bambang Ekalaya harus menyerahkan cincin Mustika Ampal yang dipakainya. Begitu hormatnya kepada guru, Bambang Ekalaya menyerahkan cincin miliknya, namun karena sulit diambil, Resi Druna menggunakan cara paksa yaitu jari kelingking Bambang Ekalaya dipotong.

Namun naas bagi raja Paranggelung tadi, begitu jarinya putus, ia juga tewas dihadapan Resi Druna. Melihat suaminya meninggal, Dewi Anggrahini mengikutinya dengan cara bunuh diri. Selanjutnya cincin Mustika Ampal dan pakaian Prabu Palgunadi diterimakan kepada Arjuna.

Baca juga: Srikandi prajurit wanita yang mahir memanah

Itulah sebabnya Bambang Ekalaya menaruh dendam terhadap Resi Druna. Ketika melihat ada kesempatan dalam perang Bharatayuda, roh Bambang Ekalaya segera menjelma kepada Raden Drestajumena.

Melalui perantara Drestajumena itulah, Ekalaya berhasil melunasi dendamnya. Sedangkan akhir riwayat Drestajumena diceritakan didalam lakon Parikesit Lahir. Ia tewas dibunuh oleh Bambang Aswatama ketika putra Resi Druna itu masuk istana Astina melalui terowongan yang dibuatnya sendiri dalam lakon Aswatama Nglandak.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *