Arya Udawa adalah putra Prabu Basudewa dengan Niken Sagopi. Semasa remaja, ia selalu mendampingi Raden Narayana, sehingga karena jasanya itulah Arya Udawa kemudian diangkat menjadi patih Dwarawati mendampingi Prabu Kresna.
Saudara Udawa seayah adalah Prabu Baladewa, Prabu Kresna dan Wara Subadra, sedangkan saudara se-ibu, yaitu Larasati dan Adimenggala.
Raden Udawa mempunyai seorang istri bernama Dewi Antiwati putri Arya Sengkuni dengan Dewi Sukesti. Dari perkawinan tersebut, Udawa menurunkan seorang putra bernama Arya Gajah Permada.
Konon Prabu Basudewa raja Mandura memadu cinta gelap dengan Ken Sagopi, adiknya patih Saragupita. Niken Sagopi adalah seorang penari kerajaan Mandura yang berparas rupawan sehingga diam-diam Prabu Basudewa mencintainya.
Hubungan tidak resmi tersebutlah yang akhirnya membuat Niken Sagopi mengandung. Untuk menutupi aib, Niken Sagopi kemudian diserahkan kepada Prabu Bismaka raja Kumbina (adik Basudewa). Niken Sagopi melahirkan putra di Kumbina dan putra itu dinamakan Udawa.
Kecantikan Niken Sagopi membuat Prabu Bismaka juga kasmaran sehingga terjalin cinta gelap. Dengan Prabu Bismaka, Niken Sagopi menurunkan seorang putri bernama Larasati.
Selanjutnya Niken Sagopi diserahkan kepada Prabu Setyajid (Ugrasena), adik Bismaka di Lesanpura. Dengan Prabu Setyajid-pun Ken Sagopi juga melayaninya di tempat tidur sehingga membuahkan seorang putra yang diberi nama Raden Adimenggala.
Selanjutnya Ken Sagopi diterimakan kepada Demang Antyagopa di kabuyutan Widarakandang. Udawa, Larasati dan Adimenggala dibawa serta. Mulai saat itu ketiganya diakui sebagai anak suami istri Ken Sagopi dan Antyagopa.
Ketika putra Prabu Basudewa yakni Raden Kakrasana, Narayana dan Rara Ireng terancam bahaya akan dibunuh oleh Basu Wara Kangsa raja Sengkapura, Kakrasana, Narayana dan Wara Subadra dititipkan kepada Demang Antyagopa.
Mulai itulah Udawa menjadi sangat akrap dengan Narayana. Bahkan karena jasa-jasanya yang selalu mendampingi Narayana baik ketika berguru maupun bertapa, akhirnya Udawa diangkat menjadi patih Narayana saat dirinya menjadi raja Dwarawati bergelar Prabu Sri Batara Kresna.
Sebagai tanda bahwa Udawa juga berdarah Mandura, ia diberi pusaka peninggalan Prabu Basudewa berupa sebilah keris bernama Gandaludira.
Akhir riwayat Udawa diceritakan dalam lakon Citrahoyi. Kala itu Arjuna sangat sedih setelah istri dan Banowati tewas dibunuh oleh Bambang Aswatama. Meskipun akhirnya pembunuhnya juga tewas, tetapi Arjuna tidak bisa melupakan kepergian Wara Subadra, Srikandi dan Banowati.
Untuk menghibur Arjuna, Sri Kresna mengatakan bahwa di negara Sriwedari terdapat permaisuri raja namanya Dewi Citrahoyi. Ia tidak mencintai suaminya, Prabu Arjunawijaya, dan permaisuri raja Sriwedari itu wajahnya mirip Dewi Banowati.
Akhirnya Arjuna menjemput Dewi Citrahoyi kemudian dinikahinya. Tentu saja Prabu Arjunawijaya sangat marah. Ia segera mengerahkan angkatan perang Sriwedari menggempur Banakeling (kasatriyan milik Tirtanata yang kemudian ditempati Arjuna).
Pasukan Sriwedari dipimpin oleh patih Gajah Angun-angun sedangkan Udawa tampil memimpin barisan Yawastina. Pada saat berhadapan dengan patih Gajah Angun-angun itulah Udawa gugur sampyuh bersama musuhnya yaitu Gajah Angun-angun.