Bangge dan Banggen adalah sebuah istilah dalam karawitan yang keduanya memiliki arti yang berbeda. Namun istilah ini memang sudah sangat jarang terdengar, entah karena apa admin sendiri yang sedikit banyak berkecimpung dalam dunia karawitanpun belum pernah mendengar.
Nah, agar lebih paham mengenai dua kata yang hanya berbeda satu huruf ini mari kita bahas satu persatu.
Menurut Kamus istilah Karawitan karya Soetandyo ada pemaknaan yang spesifik antara bangge dan banggen.
Bangge adalah nama pencon nada nem (6) pada ricikan gambyong besar gamelan monggang, yang biasa digunakan untuk melakukan tabuhan banggen.
Sedangkan banggen adalah ragam tabuhan ricikan tertentu yang dilakukan beberapa saat menjelang gong untuk memberi isyarat bahwa sebentar lagi gendhing akan sampai pada gong.
Baca juga: Bancik Kendhang, istilah yang jarang diketahui anak sekarang
Tabuhan banggen biasa dilakukan oleh ricikan kethuk, pencon nada nem (6) pada ricikan gambyong besar gamelan monggang, kendhang, serta kecer gamelan monggang dan gamelan kodhok ngorek.
Menurut Djojomlojo, dalam dunia seni karawitan banggen memiliki kemiripan fungsi dengan salahan.
Djojomlojo menjelaskan bahwa banggen dan salahan memiliki fungsi yang sama yaitu memberi
tanda kepada seluruh pemain instrumen bahwa gendhing yang disajikan akan menuju pada titik akhir yaitu gong (Purwanto, 2010: 210-211).
Istilah banggen diambil dari instrumen bangge yang ada pada perangkat gamelan Monggang. Kata benggen diperoleh dari kata bangge yang mendapat imbuhan –an. Dari kata bangge-an terjadi luluh tembung karena akhir dari kata bangge merupakan huruf hidup, sehingga bangge-an menjadi banggen.
Sama halnya dengan salahan, imbuhan –an dalam kata banggen juga bermakna menyerupai. Jika salahan dikatakan menyerupai salah, maka banggen dikatakan menyerupai bangge.
Artinya tabuhan banggen adalah tabuhan yang teknik penyuaraannya menyerupai teknik instrumen bangge dalam Monggang. Istilah banggen selain dalam sajian gamelan Monggang juga berada pada gamelan Ageng, yaitu terletak pada tabuhan instrumen kethuk dalam sajian inggah irama dadi.
Baca juga: Menelusuri kata balungan dalam karawitan yang kadang disalah artikan
Jika anda ingin mempelajari lebih dalam, anda dapat membaca di Jurnal ISI Surakarta tulisan Kartika Ngesti Handono Warih, Alumni Mahasiswa Jurusan Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Surakarta.