
Ayak-ayakan adalah gendhing bentuk setengah beraturan dengan ciri khas jumlah gong-gongan tidak tentu serta panjang gong-gongan tidak teratur, tetapi sistem bunyi racikan kethuk, kenong, dan kempul tetap dan teratur, yaitu kethuk pada sabetan/hitungan kesatu dan ketiga setiap gatra, kenong pada sabetan kedua dan keempat setiap gatra, dan kempul pada sabetan keempat setiap sabetan.
Alas-alasan: adalah gendhing ayak-ayakan laras slendro pathet sanga yang mula disajikan dalam tempo lambat, kemudian tiba-tiba berubah menjadi tempo cepat dan terus berpindah ke gendhing srepegan sanga.
Dalam pergelaran wayang, digunakan khusus untuk mengiringi adegan bambang atau kesatria ketika bertemu dengan raksasa di dalam hutan dalam rangkaian babak perang kembang.
Kemuda: adalah salah satu gendhing ayak-ayakan dalam laras pelog.
Kemuda lima: adalah gendhing kemuda laras pelog pathet lima.
Kemuda nem: adalah gendhing kemuda laras pelog pathet nem.
Mangu: adalah gendhing ayak-ayakan laras pelog pathet barang ciptaan Ki Marto Pangrawit, seorang empu karawitan di Surakarta, sekitar tahun 1970-an.
Manyura ngelik: adalah gendhing ayak-ayakan laras slendro pathet manyura yang dilengkapi dengan bagian ngelik. Dalam pergelaran wayang kulit hanya digunakan sebagai rangkaian gendhing talu.
Nem: adalah gendhing ayak-ayakan laras slendro pathet nem.
Panjangmas: adalah gendhing ayak-ayakan laras slendro pathet nem dengan awal yang dimulai dari nada 5 tempo sedang. Dalam pergelaran wayang kulit digunakan khusus untuk mengiringi adegan gapuran atau adegan kedhatonan.
Pelog: adalah gendhing ayak-ayaka laras pelog.
Pelog barang: adalah gendhing ayak-ayakan laras slendro pathet manyura yang dimainkan dalam laras pelog pathet barang, nada barang (1) slendro diganti dengan nada barang (7) pelog.
Pelog nem: adalah gendhing ayak-ayakan laras slendro pathet sanga yang dimainkan dalam laras pelog pathet nem.
Rangu-rangu: adalah gendhing ayak-ayakan laras pelog pathet barang yang hanya terdiri atas satu gongan, dan gong jatuh pada nada bang (7) pelog.
Sanga: adalah gendhing ayak-ayakan laras slendro pathet sanga. Dalam pertunjukan wayang kulit digunakan untuk mengiringi suatu adegan tertentu atau untuk keperluan srambahan.
Slendro: adalah gendhing ayak-ayakan laras slendro.
Tlutur: adalah gendhing ayak-ayakan laras slendro miring pathet sanga yang menggambarkan suasana sedih dan haru. Dalam pewayangan digunakan untuk keperluan srambahan.
Nama asli saya Supriyadi dan populer Supriyadi Pro. Saya seorang Expert wordpress developer freelancer, content writer, editor. Memiliki minat besar pada dunia teknologi, sains, seni budaya, social media, dan blogging. Saya kelahiran suku Jawa, di Wonogiri, Jawa Tengah yang ahli bahasa Jawa dan seni gamelan. Silahkan hubungi saya lewat laman yang telah disediakan atau kunjungi website profil saya di https://supriyadipro.com