Prabu Salya, gugur di tangan Raja berdarah putih

salya

Prabu Salya adalah putra Prabu Mandradipa atau Prabu Mandrapati raja Mandaraka, sebuah negara bagian di wilayah Madras.

Sebelum menjadi raja di Mandaraka karena Prabu Mandrapati bunuh diri, Prabu Salya bernama Raden Narasoma. Ia kelewat nakal dan tidak patuh terhadap semua nasehat orang tuanya. Karena malu dengan tingkah putranya itu, Prabu Mandradipa akhirnya memilih mati dengan cara bunuh diri.

Bacaan Lainnya
salya

Prabu Salya mempunyai seorang permaisuri bernama Dewi Setyawati, putri Resi Bagaspati di padepokan Hargabelah. Dari perkawinan ini, Prabu Salya menurunkan beberapa orang putra antara lain:

  1. Dewi Erawati, menjadi permaisuri Prabu Baladewa raja Mandura.
  2. Dewi Surtikanti menjadi permaisuri raja Awangga Prabu Basukarna.
  3. Dewi Banowati, menjadi permaisuri Prabu Duryudana raja Astina.
  4. Arya Burisrawa berkedudukan di kasatriyan Cindekembang atau Madyapura.
  5. Terakhir Raden Rukmarata yang gugur ketika melawan
  6. Resi Seta didalam perang Bharatayuda babak Tawur.

Didalam memerintah negara Mandaraka, Prabu Salya didampingi patih Tuhayata, yang juga gugur oleh Resi Seta babak Tawur.

Baca juga: Lesmana Mandrakumara Putra Mahkota yang Dungu

Alkisah, Raden Narasoma putra Mandaraka, mempunyai kegemaran berburu ke hutan. Suatu hari ia diculik oleh Resi Bagaspati ketika sedang berburu.

Perbuatan Resi Bagaspati itu dikarenakan mendengar tangis putrinya yang meminta dicarikan lelaki tampan bernama Narasoma.

Setelah dipertemukan dengan putrinya yang bernama Endang Pujawati, Raden Narasoma bersedia mengawini, maka resmilah Pujawati dan Narasoma menjadi suami istri.

Narasoma merasa malu sekali mempunyai mertua berwujud raksasa, maka ja meminta agar Resi Bagaspati sudi menyerahkan gaji Candabirawa sekaligus nyawanya kepada Narasoma.

Demi cintanya kepada menantu, apapun yang diminta Narasoma itu diserahkan. Akhirnya setelah menerima warisan aji Candabirawa yang kesaktiannya dapat berwujud menjadi ribuan raksasa bahkan tak terhingga, Resi Bagaspati kemudian dibunuh.

Endang Pujawati lalu diboyong ke Mandaraka dan namanya diganti menjadi Dewi Setyawati. Sebelum berangkat, Narasoma menerima pesan gaib dari roh Bagaspati bahwa kelak akan menjemputnya bila telah terjadi perang Bharatayuda dan Narasoma berhadapan dengan seorang raja berdarah putih.

Kedatangan Narasoma dan istrinya disambut sukacita oleh Prabu Mandrapati. Terlebih setelah Dewi Pujawati adalah putra Resi Bagaspati, teman seperguruan Prabu Mandrapati semasa remaja.

Dewi Setyawati bukan banya putra mantu tetapi dianggap putrinya sendiri. Namun sukacita Prabu Mandrapati tersebut hanya sebentar, karena setelah tahu bahwa Resi Bagaspati dibunuh oleh Narasoma, Prabu Mandradipa menjadi murka.

Narasoma hendak dibunuhnya, namun ia segera melarikan diri menghindari amarah ayahandanya. Dalam pelarian tersebut, Narasoma pergi ke negara Mandura mengikuti sayembara pilih (lihat Pandu Dewanata).

Baca juga: Citraksi yang tewas mengenaskan di dalam jurang

Setelah gagal menyunting Dewi Kunti putri Prabu Basukunti raja Mandura karena Narasoma dikalahkan Pandu, ia juga menyerahkan adiknya yaitu Dewi Madrim kepada Pandu sebagai tanda takluk.

Narasoma kembali ke negaranya setelah mendengar kabar bahwa ayahnya meninggal karena bunuh diri. Sampai di Mandaraka, Narasoma naik tahta bergelar Prabu Salya.

Didalam perang Bharatayuda, Prabu Salya diangkat menjadi senopati agung angkatan perang Astina (Kurawa) dan berhadapan langsung dengan Prabu Puntadewa, atas permintaannya sendiri lewat Nakula dan Sadewa, keponakannya.

Didalam perang besar tersebut, aji Candabirawa lenyap tanpa perlawanan, karena Candabirawa tahu bahwa Resi Bagaspati telah menyatu ke tubuh Prabu Yudistira.

Oleh karena itu dengan mudah Prabu Salya gugur di medan laga terkena panah yang dilepaskan Puntadewa (Yudistira) melalui perantara Arjuna. Dewi Setyawati akhirnya bela pati mengikuti suaminya, meninggal dengan cara bunuh diri.

Kerajaan Mandaraka akhirnya jatuh ke tangan Raden Nakula sesuai dengan pesan Prabu Salya sebelum berangkat ke medan perang untuk menyongsong kematiannya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *