Kakrasana Putra Mahkota yang dititipkan kepada seorang Demang

kakrasana

Raderi Kakrasana adalah putra Prabu Basudewa dengan permaisuri Dewi Rohini. Saudara Kakrasana seayah lain ibu adalah Raden Udawa, Raden Narayana dan Rara Ireng. atau Wara Subadra (Sembadra).

Sejak masih kanak-kanak, Kakrasana, Narayana dan Rara Ireng diasuh oleh Demang Antyagopa di dukuh Widarakandang, karena Prabu Basudewa takut terhadap ancaman Basuwarakangsa, raja Sengkapura yang akan membunuh ketiga putra Mangdura tersebut.

Bacaan Lainnya
kakrasana

Narayana kemudian berguru kepada Begawan Padmanaba bersama Udawa. Sedangkan Kakrasana bertapa di gunung Rewantaka menjadi brahmana muda atau Wasi bernama Jaladara.

Baca juga: Raden Ugrasena Sang Setyajid

Didalam lakon Semar mbarang jantur, Kakrasana berselisih dengan Premadi, namun setelah dijelaskan oleh Sanghyang Narada, keduanya menjadi rukun dan mengetahui bahwa antara Kakrasana dan Premadi masih ada ikatan keluarga.

Sejak peristiwa itu, Premadi menjadi akrab dengan Rara Ireng yang ikut kakaknya di pertapaan Rewantaka wilayah Sonyapringga.

Suatu hari Premadi dan Kakrasana mendengar berita bahwa putri Prabu Salya raja Mandaraka yang bernama Dewi Erawati hilang diculik durjana. Premadi dan Kakrasana kemudian membantu mencari hilangnya putri Mandaraka tadi.

Akhirnya keduanya menemukan jejak bahwa Dewi Erawati diculik oleh Raden Kartapiyoga, putra mahkota kerajaan Tirtakadasar, putra Prabu Kurandageni.

Kartapiyoga berhasil dibunuh dan Dewi Erawati diboyong ke negara Mandaraka untuk diserahkan kepada orang tuanya.

Ketika Wasi Jaladara ditanya oleh Prabu Salya, dari mana asal dan keturunan siapa? Kakrasana mengaku putra Demang Antyagopa, tetua dukuh Widarakandang. Ia sendiri mengaku bernama Jaladara dan tinggal di pertapaan Rewantaka.

Mendengar jawaban itu, Prabu Salya menjadi kecewa. Raja Mandaraka itu kemudian menjelaskan bahwa ia sangat mendambakan menantu seorang raja binatara.

Rupanya Kakrasana tersinggung dengan ucapan Prabu Salya tersebut, ia lalu pergi tanpa pamit diikuti oleh Raden Premadi.

Syahdan, kahyangan Suralaya sedang terancam bahaya karena datangnya raja Renggabumi Prabu Nagaprasanta yang ingin melamar Batari Supraba.

Raja ular naga itu diikuti patihnya seekor gajah bernama Yudaketi. Karena amuk massa dari negara Renggabumi itu, para dewa dan bidadari menjadi ketakutan.

Batara Narada kemudian turun ke Arcapada memanggil Wasi Jaladara diminta agar membinasakan Prabu Nagaprasanta dan bala tentaranya. Wasi Jaladara kemudian ke kahyangan mengajak Premadi.

Kedatangan Wasi Jaladara disambut oleh Batara Brahma. Dewa api itu memberikan pusaka bernama Alugara agar digunakan untuk membinasakan Prabu Nagaprasanta.

Dengan semangat juang yang tinggi, Jaladara dan Premadi dapat memukul pasukan Renggabumi tersebut. Prabu Nagaprasanta tewas tergores Alugara.

Bersama tewasnya raja ular itu, di hadapan Jaladara terdapat pusaka Nenggala yang tiada lain kejadian dari Prabu Nagaprasanta. Pusaka tersebut oleh Sanghyang Brahma dianugerahkan kepada Kakrasana.

Gajah Yudaketi dapat ditaklukkan oleh Kakrasana kemudian ia bertobat dan bersedia menjadi kendaraan Kakrasana.

Atas keberhasilannya menumpas musuh dewa, Kakrasana diangkat menjadi baladewa dan diberi anugerah pakaian raja lengkap ditambah kendaraan seekor gajah putih keturunan gajah Herawana bernama Puspadenta.

Didalam lakon Kangsa Lena, Kakrasana, Narayana dan Rara Ireng pergi ke negara Mandura menyaksikan perayaan adu jago antara jago Sengkapura patih Suratimantra dengan jagonya Prabu Basudewa yaitu Arya Bratasena.

Karena kulit Kakrasana yang putih (bule) dan kulit Narayana yang hitam (cemani) maka keduanya sangat mudah dikenali.

Suatu ketika Basuwarakangsa yang terus melihat kesana kemari, akhirnya melihat Kakrasana dan Narayana yang memang sudah diincar lama. Kedua remaja berkulit Gondang Kasih itu ditangkap dan hendak dibunuhnya.

Kakrasana dan Narayana tidak menduga bahwa dirinya terancam bahaya. Untung keduanya membawa senjata. Ketika ia hampir mati karena suin bernafas, Kakrasana mencabut pusaka Nenggala dari pinggangnya, Narayana juga mencabut senjata cakra baskara.

Kedua senjata sakti itu dihantamkan pada kepala Kangsa sehingga raja Sengkapura itu jatuh tersungkur menemui ajal.

Prabu Basudewa sangat gembira setelah melihat bahwa yang dapat membinasakan Kangsa adalah putranya sendiri yaitu Narayana dan Kakrasana.

Seketika itu juga Prabu Basudewa menyerahkan tahta Mandura kepada Kakrasana, namun putra sulung Prabu Basudewa itu belum bersedia diwisuda, karena belum dapat membayar hutang budi kepada Premadi yang selalu setia mendampingi kemanapun Kakrasana pergi.

Prabu Basudewa segera tanggap yang dimaksud putranya itu. Setelah Prabu Basudewa berjanji akan mengawinkan Premadi dengan Wara Subadra, Raden Kakrasana baru bersedia menduduki singgasana Mandura.

Baca juga: Arya Prabu Rukma Raja Kerajaan Kumbina

Putra sulung Prabu Basudewa itupun kemudian dinobatkan menjadi raja Mandura bergelar Prabu Baladewa. Ia didampingi patih Pragota, putra patih Saragupita yang ikut-ikutan mundur dari jabatannya dan melimpahkan jabatan patih tersebut kepada Pragota.

Prabu Baladewa akhirnya diterima menjadi menantunya Prabu Salya yang dikawinkan dengan Dewi Erawati.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *