Burisrawa yang tergila-gila dengan Wara Subadra

Raden Burisrawa

Raden Burisrawa adalah putra Prabu Salya dengan Dewi Setyawati. Ia berkedudukan di kasatriyan Cindekembang atau Madyapura.

Burisrawa kawin dengam Dewi Kiswari putri Prabu Kiswamuka raja negara Cindekembang yang berputera Arya Kiswara.

Bacaan Lainnya

Setelah Prabu Kiswamuka mangkat, negara Cindekembang menjadi hak milik Burisrawa, karena di negara Cindekembang tidak ada putra mahkota, dan satu-satunya putra Prabu Kiswamuka hanyalah Dewi Kiswari istri Burisrawa.

Raden Burisrawa

Sebelum kawin dengan Dewi Kiswari, sebenarnya Burisrawa sangat mendambakan Wara Subadra (Sembadra), putri Prabu Basudewa raja Mandura yang ikut kakaknya, Sri Kresna di negara Dwarawati.

Baca juga: Banowati melambangkan wanita yang menggairahkan

Burisrawa sangat akrap dengan kakak iparnya yaitu Prabu Duryudana raja Astina, Prabu Baladewa raja Mandura dan Adipati Karna raja Awangga.

Dengan perantara saudara iparnya itu diharapkan dapat bersanding dengan Wara Subadra, namun segala upaya untuk bisa mendekati dan memiliki Wara Subadra selalu gagal, karena putri Mandura tersebut telah menikah dengan Arjuna, pria idamannya sendiri.

Ambisi Burisrawa untuk memiliki Wara Subadra tak pernah padam. Saking gandrungnya, ia rela meninggalkan kasatriyan Madyapura dan bertapa di hutan Krendayana.

Saat itu Burisrawa kedatangan Batari Durga dan disuruh menculik Wara Subadra di taman Banoncinawi. Burisrawa mengikuti petunjuk Batari Durga, lagi-lagi usahanya mendekati Wara Subadra gagal.

Ketika didekati, Wara Subadra tetap menolak, bahkan ketika Burisrawa menghunus keris maksudnya menakut-nakuti Wara Subadra agar dia bersedia menjadi istrinya, Subadra justru menubruk keris yang dipegang Burisrawa dan akhirnya istri Arjuna itu meninggal (lakon Subadra Larung/Sembadra Larung).

Burisrawa banyak melakukan kejahatan dan membikin keonaran. Pada waktu Sri Kresna menjadi duta mewakili Pandawa dalam membicarakan perihal negara Astina, Burisrawa membikin ulah dengan menyiksa Setyaki yang saat itu menjadi ajudan Sri Kresna.

Keduanya terlibat perkelahian yang cukup seru, namun keduanya lalu dilerai oleh Sri Kresna. Burisrawa bersumpah dan mengancam Setyaki akan dibunuh dalam perang Bharatayuda nanti.

Sebaliknya Setyaki juga tak kalah gertak. Ia bersumpah tak akan berperang kepada siapapun sebelum dapat membinasakan Burisrawa.

Sumpah keduanya akhirnya terlaksana juga ketika perang Bharatayuda benar-benar terjadi. Babak ke V lakon Timpalan, Burisrawa tampil menjadi senopati setelah Jayadrata gugur.

Dengan suara lantang melengking-lengking, Burisrawa menantang agar Setyaki segera tampil. Mendengar tantangan Burisrawa tersebut, Setyaki mohon ijin kepada Sri Kresna agar diperkenankan tampil melawan Burisrawa, tetapi segera dicegah oleh Arya Werkudara.

Sebelum tampil, Setyaki harus dicoba dulu dipukul gada Rujakpolo, apabila tahan menghadapi gada Rujakpolo, ia diperbolehkan menemui Burisrawa. Setelah dicoba dihantam gada ternyata Setyaki tidak roboh, ia dinamakan Bima Kunting dan diperbolehkan.menemui Burisrawa.

Kedua senopati itupun sudah berhadapan, Burisrawa dan Setyaki bertanding mengadu kesaktian. Keduanya sama-sama sakti dan berimbang dan hampir setengah hari tak satupun tampil menjadi pemenang.

Setelah kekuatan mereka mulai mengendor, Burisrawa memanfaatkan situasi dengan mencari titik kelengahan musuhnya. Ketika Setyaki lengah, rambut Setyaki disambarnya, lalu tubuhnya yang ramping itu ditekan dan leher Setyaki dijepit dengan lengan kanan Burisrawa sehingga Satriya Lesanpura itu tak berdaya bahkan hampir saja mati lemas karena sulitnya bernafas.

Melihat Setyaki dalam bahaya, Sri Kresna menyusun siasat. Ia mencabut rambutnya sehelai kemudian disuruh memanah Arjuna.

Arjuna yang tidak tahu siasat Sri Kresna itu menurut saja. Rambut yang dipegang Sri Kresna dipanahnya juga dan terbelah menjadi dua.

Baca juga: Prabu Salya, gugur di tangan Raja berdarah putih

Panah Pasopati terus melaju hingga menembus tangan Burisrawa bagian kanan. Kekuatan Burisrawa kian memudar karena tangannya hampir putus terkena panah Pasopati yang dilepaskan Arjuna tadi.

Setelah merasa tidak tertekan, Setyaki meronta dan berhasil lepas dari dekapan Burisrawa. Dengan semangat tempur yang masih menyala, Setyaki segera mengambil panah Nagabanda miliknya.

Burisrawa yang masih kesakitan itu dipanah lehernya dari jarak dekat, sehingga seketika itu juga Burisrawa terkapar dan tewas.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *