Dewi Banowati adalah putri Prabu Salya raja Mandaraka dengan permaisuri Dewi Setyawati, putri Resi Bagaspati di padepokan Hargabelah.
Bentuk/wanda/wajahnya sedet, Rangkung, sebagai gambaran Banowati berperawakan ramping, cantik, molek, ramah, dan menggairahkan.
Nama Banowati itu sendiri mengandung arti kecantikannya, bagai cahaya air yang memantulkan cahaya rembulan. Dewi Banowati mempunyai saudara kandung empat orang yaitu Dewi Erowati, Dewi Surtikanti, Arya Burisrawa dan Raden Rukmarata.
Baca juga: Prabu Salya, gugur di tangan Raja berdarah putih
Setelah dewasa dan tumbuh menjadi gadis remaja, Banowati mulai mengenal pria, dan jejaka yang pertama ia kenal dan sayangi adalah Permadi (Janaka, Arjuna) putra Prabu Pandu Dewanata.
Namun karena Prabu Salya menghendaki putra mantu seorang raja, akhirnya Dewi Banowati dikawinkan dengan raja Astina Prabu Duryudana. Dari perkawinan tersebut lahirlah Lesmana Mandrakumara dan Dewi Lesmanawati.
Akhir riwayat Banowati diceritakan dalam lakon Pandawa Boyong atau Parikesit Lahir. Saat itu Dewi Banowati diliputi rasa was-was karena seluruh keluarga Kurawa terjun berperang di Tegalkurukasetra. Tiba-tiba datanglah Bambang Aswatama yang mengaku diutus Prabu Duryudana supaya memboyong Banowati ke pesanggrahan Bulukapitu.
Dewi Banowati yang tidak menaruh curiga, akhirnya bersedia mengikuti Aswatama. Tetapi setelah sehari penuh berputar-putar di tengah hutan, Banowati mulai curiga, kemudian ia bertanya kepada Aswatama dimana letak Tegalkuru?
Aswatama tidak segera memberi jawaban tetapi malah ingin berbuat tak senonoh terhadap Banowati. Menyadari dalam bahaya, Banowati kemudian melarikan diri sehingga bisa lolos dari sekapan Bambang Aswatama.
Ketika Aswatama hendak menangkapnya kembali, Banowati sudah berada dipelukan Arjuna, sehingga Aswatama mengurungkan niatnya kemudian lari masuk hutan lagi.
Suatu malam Aswatama dan Kartamarma kembali ke negara Astina dengan membuat terowongan dalam lakon Aswatama Nglandak.
Baca juga: Lesmana Mandrakumara Putra Mahkota yang Dungu
Aswatama akhirnya dapat memasuki istana Astina melewati terowongan yang dibuatnya. Setelah melihat situasi aman, dengan leluasa putra Druna itu membunuh Drestajumena, Srikandi, Wara Subadra, Pancawala dan Dewi Banowati.
Aswatama sendiri akhirnya juga tewas tertikam keris Pulanggeni yang tersentuh kaki bayi Parikesit saat putra Utari itu menangis meronta.